Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Selasa (10/12) dalam pertemuan dengan Ketua dan para anggota Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan mengingatkan kembali signifikansi masalah kebudayaan dan posisi penting Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan seraya menjelaskan beberapa hal terkait kebudayaan termasuk tugas pelaksanaan dan pengawasan.
Dalam penjelasannya, beliau pertama-tama menyinggung pentingnya masalah kebudayaan di tengah masyarakat seraya menerangkan kinerja para pimpinan tiga lembaga tinggi negara dan para anggota Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan yang notabene punya kepedulian besar terhadap masalah kebudayaan. "Karenanya, Dewan ini diharap untuk peduli dan berusaha lebih keras dalam upaya menonjolkan masalah kebudayaan di tengah masyarakat dan membawanya ke posisi yang sebenarnya," kata beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menandaskan, "Kebudayaan bukan bagian atau ekoran dari masalah ekonomi atau politik. Tapi ekonomi dan politiknya yang mengikuti kebudayaan."
Seraya mengingatkan kembali penekanan yang sering disampaikannya tentang keharusan adanya hubungan budaya dengan seluruh permasalahan yang penting, beliau menambahkan, "Terkadang keputusan ekonomi, politik, sosial bahkan keilmuan menimbulkan dampak yang negatif bagi kebudayaan di tengah masyarakat. Penyebabnya adalah ketiadaan jalinan hubungan dengan kebudayaan."
Pemimpin Besar Revolusi Islam menekankan, "Aktivitas kebudayaan memerlukan perencanaan. Jangan pernah berharap masalah kebudayaan di negara, termasuk kebudayaan umum, kebudayaan elit, dan kebudayaan perguruan tinggi bisa berjalan dengan sendirinya."
Beliau juga menegaskan bahwa masalah kebudayaan memerlukan pengawasan dan pengarahan dari pemerintah. Meski demikian, lembaga-lembaga lain juga memikul tanggung jawab dalam masalah budaya umum masyarakat.
Salah satu tugas penting pengawasan negara atas masalah kebudayaan adalah dengan menunjukkan kepedulian dan bertindak melawan masalah-masalah budaya yang destruktif. "Kita semua punya kewajiban hukum dan syar'i dalam masalah kebudayaan," kata beliau.
Menjelaskan partisipasi masyarakat dalam semua hal termasuk dalam masalah kebudayaan, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengungkapkan, "Menyerahkan masalah kebudayaan kepada masyarakat bukan berarti menegasikan tugas dan tanggung jawab pemerintah untuk mengawasi dan mengarahkan. Sebaliknya, keterlibatan pemerintahan dalam masalah budaya juga tidak menafikan peran rakyat."
Menyinggung pandangan miring sebagian kalangan tentang kebebasan, beliau mengatakan, "Ketika orang-orang Barat bersikeras mempertahankan budaya mereka yang tidak masuk akal dan menyimpang, seperti dalam masalah pergaulan antara laki-laki dan perempuan dengan menyebutnya sebagai persamaan gender atau sikap mereka yang bersikukuh menyebut budaya mereka sebagai budaya modern dan maju, mengapa kita tidak lantas bersikeras mempertahankan nilai-nilai budaya kita yang luhur?"
Dalam kesempatan itu, Rahbar menegaskan kembali posisi Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan yang dibentuk atas prakarsa Imam Khomeini (ra). Dewan ini mesti memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan infrastruktur kebudayaan dan menghindari campur tangan dalam masalah-masalah parsial. Menurut beliau, seluruh keputusan yang diambil oleh Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan harus dilaksanakan.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyinggung serangan budaya Barat, khususnya Amerika Serikat (AS) seraya mengatakan, "Realitas ini sudah saya ingatkan sejak beberapa tahun yang lalu dan sekarang sudah terlihat secara nyata dan tak terbantahkan."
Beliau menambahkan, "Saat ini ada ratusan media audio, visual, cetak dan internet di dunia yang mempunyai misi tertentu untuk mempengaruhi pemikiran dan perilaku rakyat Iran."
Salah satu contoh yang disinggung adalah game atau permainan komputer import yang menyuguhkan perilaku dan gaya hidup Barat di benak anak-anak, remaja dan para pemuda. Untuk itu, beliau mengimbau Departemen Bimbingan supaya melakukan langkah-langkah yang positif untuk melawan serangan budaya. Beliau juga menjelaskan bahwa dalam menghadapi serangan budaya tindakan yang dilakukan harus bijaksana. "Terkadang ada fenomena budaya yang harus dicegah supaya tidak masuk, tapi terkadang bisa diterima atau diperbaiki," imbuh beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menambahkan, "Reaksi paling buruk dan merugikan dalam menghadapi serangan budaya adalah sikap reaktif dan bertahan murni. Sebab, terkadang perlu dilakukan langkah-langkah ofensif. Tapi dalam semua kondisi, langkah yang dilakukan harus bijaksana dan terpikirkan. "
Lebih lanjut beliau menekankan keharusan untuk melakukan patologi atas kondisi kebudayaan dan mencari solusi penyelesaikan masalah-masalah seperti perceraian, korupsi dan kriminalitas.
Di awal pertemuan, Presiden Hassan Rouhani sebagai Ketua Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan menjelaskan peran dewan ini dan kebijakan-kebijakan yang diambil dalam rangka merealisasikan revolusi kebudayaan.
Dalam penjelasannya, beliau pertama-tama menyinggung pentingnya masalah kebudayaan di tengah masyarakat seraya menerangkan kinerja para pimpinan tiga lembaga tinggi negara dan para anggota Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan yang notabene punya kepedulian besar terhadap masalah kebudayaan. "Karenanya, Dewan ini diharap untuk peduli dan berusaha lebih keras dalam upaya menonjolkan masalah kebudayaan di tengah masyarakat dan membawanya ke posisi yang sebenarnya," kata beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menandaskan, "Kebudayaan bukan bagian atau ekoran dari masalah ekonomi atau politik. Tapi ekonomi dan politiknya yang mengikuti kebudayaan."
Seraya mengingatkan kembali penekanan yang sering disampaikannya tentang keharusan adanya hubungan budaya dengan seluruh permasalahan yang penting, beliau menambahkan, "Terkadang keputusan ekonomi, politik, sosial bahkan keilmuan menimbulkan dampak yang negatif bagi kebudayaan di tengah masyarakat. Penyebabnya adalah ketiadaan jalinan hubungan dengan kebudayaan."
Pemimpin Besar Revolusi Islam menekankan, "Aktivitas kebudayaan memerlukan perencanaan. Jangan pernah berharap masalah kebudayaan di negara, termasuk kebudayaan umum, kebudayaan elit, dan kebudayaan perguruan tinggi bisa berjalan dengan sendirinya."
Beliau juga menegaskan bahwa masalah kebudayaan memerlukan pengawasan dan pengarahan dari pemerintah. Meski demikian, lembaga-lembaga lain juga memikul tanggung jawab dalam masalah budaya umum masyarakat.
Salah satu tugas penting pengawasan negara atas masalah kebudayaan adalah dengan menunjukkan kepedulian dan bertindak melawan masalah-masalah budaya yang destruktif. "Kita semua punya kewajiban hukum dan syar'i dalam masalah kebudayaan," kata beliau.
Menjelaskan partisipasi masyarakat dalam semua hal termasuk dalam masalah kebudayaan, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengungkapkan, "Menyerahkan masalah kebudayaan kepada masyarakat bukan berarti menegasikan tugas dan tanggung jawab pemerintah untuk mengawasi dan mengarahkan. Sebaliknya, keterlibatan pemerintahan dalam masalah budaya juga tidak menafikan peran rakyat."
Menyinggung pandangan miring sebagian kalangan tentang kebebasan, beliau mengatakan, "Ketika orang-orang Barat bersikeras mempertahankan budaya mereka yang tidak masuk akal dan menyimpang, seperti dalam masalah pergaulan antara laki-laki dan perempuan dengan menyebutnya sebagai persamaan gender atau sikap mereka yang bersikukuh menyebut budaya mereka sebagai budaya modern dan maju, mengapa kita tidak lantas bersikeras mempertahankan nilai-nilai budaya kita yang luhur?"
Dalam kesempatan itu, Rahbar menegaskan kembali posisi Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan yang dibentuk atas prakarsa Imam Khomeini (ra). Dewan ini mesti memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan infrastruktur kebudayaan dan menghindari campur tangan dalam masalah-masalah parsial. Menurut beliau, seluruh keputusan yang diambil oleh Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan harus dilaksanakan.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyinggung serangan budaya Barat, khususnya Amerika Serikat (AS) seraya mengatakan, "Realitas ini sudah saya ingatkan sejak beberapa tahun yang lalu dan sekarang sudah terlihat secara nyata dan tak terbantahkan."
Beliau menambahkan, "Saat ini ada ratusan media audio, visual, cetak dan internet di dunia yang mempunyai misi tertentu untuk mempengaruhi pemikiran dan perilaku rakyat Iran."
Salah satu contoh yang disinggung adalah game atau permainan komputer import yang menyuguhkan perilaku dan gaya hidup Barat di benak anak-anak, remaja dan para pemuda. Untuk itu, beliau mengimbau Departemen Bimbingan supaya melakukan langkah-langkah yang positif untuk melawan serangan budaya. Beliau juga menjelaskan bahwa dalam menghadapi serangan budaya tindakan yang dilakukan harus bijaksana. "Terkadang ada fenomena budaya yang harus dicegah supaya tidak masuk, tapi terkadang bisa diterima atau diperbaiki," imbuh beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menambahkan, "Reaksi paling buruk dan merugikan dalam menghadapi serangan budaya adalah sikap reaktif dan bertahan murni. Sebab, terkadang perlu dilakukan langkah-langkah ofensif. Tapi dalam semua kondisi, langkah yang dilakukan harus bijaksana dan terpikirkan. "
Lebih lanjut beliau menekankan keharusan untuk melakukan patologi atas kondisi kebudayaan dan mencari solusi penyelesaikan masalah-masalah seperti perceraian, korupsi dan kriminalitas.
Di awal pertemuan, Presiden Hassan Rouhani sebagai Ketua Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan menjelaskan peran dewan ini dan kebijakan-kebijakan yang diambil dalam rangka merealisasikan revolusi kebudayaan.