Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Kamis (5/9) siang dalam pertemuan dengan Ketua dan para anggota Dewan Ahli Kepemimpinan (Majles-e Khebregan-e Rahbari) mengimbau para pejabat negara untuk memandang permasalahan yang ada di negara ini secara komprehensif. Beliau dalam kesempatan itu juga membahas perkembangan terkini di kawasan.
Menurut beliau, memandang permasalahan secara menyeluruh adalah hal yang harus dilakukan termasuk diantaranya dalam menganalisa terjadinya revolusi Islam di Iran di tengah badai yang bertiup kencang di dunia. Munculnya revolusi bernafaskan Islam di kawasan yang sangat strategis dan sarat dengan gejolak ini lebih mirip dengan mukjizat.
Seraya menyinggung kebencian musuh-musuh revolusi Islam sejak awal berdirinya pemerintahan Islam di Iran, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Penyebab utama permusuhan ini adalah keislaman yang dibawa oleh revolusi."
Mengenai gejolak yang terjadi di kawasan Asia Barat yang notabene selama ini dikuasai oleh negara-negara Barat, beliau menuturkan, "Munculnya kesadaran dan kebangkitan Islam di kawasan bertolak belakang dengan apa yang dimaukan oleh kubu arogansi."
Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei menandaskan, "Salah besar jika ada yang beranggapan bahwa kebangkitan Islam sudah redup. Sebab, kebangkitan Islam bukanlah satu peristiwa politik semata yang lenyap dengan tumbangnya kekuasaan satu pihak tertentu. Tapi kebangkitan Islam adalah keterjagaan dan kesadaran yang semakin meluas di tengah masyarakat Islam untuk percaya diri dan bersandar pada ajaran Islam."
Beliau menambahkan, "Yang kita saksikan di kawasan saat ini adalah reaksi kubu arogansi terutama Amerika Serikat (AS) terhadap fenomena kebangkitan Islam."
Menyinggung sikap kubu arogansi untuk menangani masalah-masalah dunia sesuai dengan kepentingan mereka, Rahbar mengatakan, "Kubu arogansi hadir di kawasan dengan segala kecongkakan dan ambisinya. Mereka hendak memadamkan gelora moqawamah dan perlawanan tapi selalu gagal dan tak akan pernah berhasil."
Menurut beliau, yang diinginkan kubu arogansi adalah kekuasaan Zionisme atas kawasan. Terkait isu Suriah, mereka mengangkat masalah senjata kimia untuk mengelabuhi opini umum dan mengesankan bahwa mereka punya jiwa kemanusiaan.
"Padahal, yang sebenarnya paling tidak penting di mata mereka adalah masalah kemanusiaan. Para petinggi AS berkoar soal kemanusiaan sementara mereka adalah pihak yang paling bertanggung jawab terkait penjara Guantanamo dan Abu Ghraib, dan merekalah yang bersikap bungkam saat Saddam menggunakan senjata kimia di Halabja dan sejumlah kota di Iran dan mereka pula yang melakukan pembantaian warga sipil di Afghanistan, Pakistan dan Irak," kata beliau.
Karena itu, lanjut beliau, tak ada yang mempercayai klaim kemanusiaan mereka di dunia ini.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menambahkan, "Kami meyakini bahwa saat ini AS sedang melakukan kesalahan besar di Suriah. Karena itu, AS pasti akan merasakan pukulan yang bakal menimpanya di sana."
Mengenai kondisi di Iran, beliau menegaskan bahwa di saat musuh kian melemah, Republik Islam justeru semakin kuat dan solid meski menghadapi berbagai macam gangguan selama 34 tahun.
Beliau juga mengimbau para pejabat negara untuk memandang permasalahan yang ada secara menyeluruh. "Jangan hanya melihat fenomena pahit saja. Sebab, di tengah masyarakat ini ada pemikiran-pemikiran yang menonjol, tenaga-tenaga yang aktif dan kreatif, ketaatan beragama di tengah kaum muda, dan langgengnya slogan-slogan agama kita di negara ini dan di dunia. Realitas yang manis ini harus menjadi landasan untuk menyingkirkan kegetiran yang ada," lanjut beliau.
Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei mengingatkan kembali pemikiran dan perilaku Imam Khomeini (ra) pada dekade pertama kemenangan revolusi Islam. Imam Khomeini tidak menutup mata dari realita yang ada dan tidak pernah mundur dari prinsip yang diperjuangkannya.
Beliau mengatakan, "Imam Khomeini adalah orang yang menyebut Rezim Zionis Israel sebagai kanker ganas yang harus dihilangkan. Dalam masalah ini beliau tidak mengenal kata taqiyah. Dalam menghadapi AS, Imam juga tak gentar menyebut AS Setan Besar karena kejahatan-kejahatan yang dilakukannya di dunia. Beliau pula yang menyebut pendudukan atas kedutaan besar AS di Tehran sebagai revolusi kedua yang lebih besar dari revolusi pertama."
Rahbar menaandaskan, "Resistensi Imam inilah yang membuat pilar-pilar pemerintahan Islam semakin kokoh."
Beliau mengingatkan apa yang terjadi pada negara-negara yang rela meninggalkan prinsip demi menarik hati kubu arogansi.
"Jika di Mesir, mereka tidak meninggalkan slogan perlawanan anti Israel demi menyenangkan hati AS, tentu diktator yang telah menistakan rakyatnya tak akan bisa keluar dan bebas dari penjara sementara orang-orang yang dipilih rakyat justeru dijebloskan ke sel tahanan. Jika prinsip dipegang teguh, orang-orang yang menentang para wakil dan pilihan rakyat akan ikut bergabung dan mendukung," kata beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan satu masalah penting, yaitu bahwa musuh selalu berupaya menebar perselisihan di tengah umat untuk menyulut api fitnah. "Salah satu caranya adalah dengan menyusupkan orang-orang bayaran di tengah dua kubu yang berkonflik. Misalnya, dengan menyusupkan anasir sebagai Sunni takfiri di salah satu pihak dan dengan mengatasnamakan Syiah di pihak lain. Siapapun yang termakan oleh tipudaya besar ini berarti dia melakukan tindakan yang merugikan gerakan Islam," tegas beliau.
Untuk itu beliau menyeru ulama Syiah dan Sunni untuk tidak membiarkan perbedaan keyakinan dan madzhab menjadi pemicu pertikaian di tengah umat.
Di awal pertemuan, Ketua Dewan Ahli Kepemimpinan Ayatollah Mahdavi Kani menjelaskan proses berlangsungnya sidang tahun Dewan dan menyatakan bahwa Dewan ini akan membantu pemerintah dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Menurut beliau, memandang permasalahan secara menyeluruh adalah hal yang harus dilakukan termasuk diantaranya dalam menganalisa terjadinya revolusi Islam di Iran di tengah badai yang bertiup kencang di dunia. Munculnya revolusi bernafaskan Islam di kawasan yang sangat strategis dan sarat dengan gejolak ini lebih mirip dengan mukjizat.
Seraya menyinggung kebencian musuh-musuh revolusi Islam sejak awal berdirinya pemerintahan Islam di Iran, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Penyebab utama permusuhan ini adalah keislaman yang dibawa oleh revolusi."
Mengenai gejolak yang terjadi di kawasan Asia Barat yang notabene selama ini dikuasai oleh negara-negara Barat, beliau menuturkan, "Munculnya kesadaran dan kebangkitan Islam di kawasan bertolak belakang dengan apa yang dimaukan oleh kubu arogansi."
Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei menandaskan, "Salah besar jika ada yang beranggapan bahwa kebangkitan Islam sudah redup. Sebab, kebangkitan Islam bukanlah satu peristiwa politik semata yang lenyap dengan tumbangnya kekuasaan satu pihak tertentu. Tapi kebangkitan Islam adalah keterjagaan dan kesadaran yang semakin meluas di tengah masyarakat Islam untuk percaya diri dan bersandar pada ajaran Islam."
Beliau menambahkan, "Yang kita saksikan di kawasan saat ini adalah reaksi kubu arogansi terutama Amerika Serikat (AS) terhadap fenomena kebangkitan Islam."
Menyinggung sikap kubu arogansi untuk menangani masalah-masalah dunia sesuai dengan kepentingan mereka, Rahbar mengatakan, "Kubu arogansi hadir di kawasan dengan segala kecongkakan dan ambisinya. Mereka hendak memadamkan gelora moqawamah dan perlawanan tapi selalu gagal dan tak akan pernah berhasil."
Menurut beliau, yang diinginkan kubu arogansi adalah kekuasaan Zionisme atas kawasan. Terkait isu Suriah, mereka mengangkat masalah senjata kimia untuk mengelabuhi opini umum dan mengesankan bahwa mereka punya jiwa kemanusiaan.
"Padahal, yang sebenarnya paling tidak penting di mata mereka adalah masalah kemanusiaan. Para petinggi AS berkoar soal kemanusiaan sementara mereka adalah pihak yang paling bertanggung jawab terkait penjara Guantanamo dan Abu Ghraib, dan merekalah yang bersikap bungkam saat Saddam menggunakan senjata kimia di Halabja dan sejumlah kota di Iran dan mereka pula yang melakukan pembantaian warga sipil di Afghanistan, Pakistan dan Irak," kata beliau.
Karena itu, lanjut beliau, tak ada yang mempercayai klaim kemanusiaan mereka di dunia ini.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menambahkan, "Kami meyakini bahwa saat ini AS sedang melakukan kesalahan besar di Suriah. Karena itu, AS pasti akan merasakan pukulan yang bakal menimpanya di sana."
Mengenai kondisi di Iran, beliau menegaskan bahwa di saat musuh kian melemah, Republik Islam justeru semakin kuat dan solid meski menghadapi berbagai macam gangguan selama 34 tahun.
Beliau juga mengimbau para pejabat negara untuk memandang permasalahan yang ada secara menyeluruh. "Jangan hanya melihat fenomena pahit saja. Sebab, di tengah masyarakat ini ada pemikiran-pemikiran yang menonjol, tenaga-tenaga yang aktif dan kreatif, ketaatan beragama di tengah kaum muda, dan langgengnya slogan-slogan agama kita di negara ini dan di dunia. Realitas yang manis ini harus menjadi landasan untuk menyingkirkan kegetiran yang ada," lanjut beliau.
Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei mengingatkan kembali pemikiran dan perilaku Imam Khomeini (ra) pada dekade pertama kemenangan revolusi Islam. Imam Khomeini tidak menutup mata dari realita yang ada dan tidak pernah mundur dari prinsip yang diperjuangkannya.
Beliau mengatakan, "Imam Khomeini adalah orang yang menyebut Rezim Zionis Israel sebagai kanker ganas yang harus dihilangkan. Dalam masalah ini beliau tidak mengenal kata taqiyah. Dalam menghadapi AS, Imam juga tak gentar menyebut AS Setan Besar karena kejahatan-kejahatan yang dilakukannya di dunia. Beliau pula yang menyebut pendudukan atas kedutaan besar AS di Tehran sebagai revolusi kedua yang lebih besar dari revolusi pertama."
Rahbar menaandaskan, "Resistensi Imam inilah yang membuat pilar-pilar pemerintahan Islam semakin kokoh."
Beliau mengingatkan apa yang terjadi pada negara-negara yang rela meninggalkan prinsip demi menarik hati kubu arogansi.
"Jika di Mesir, mereka tidak meninggalkan slogan perlawanan anti Israel demi menyenangkan hati AS, tentu diktator yang telah menistakan rakyatnya tak akan bisa keluar dan bebas dari penjara sementara orang-orang yang dipilih rakyat justeru dijebloskan ke sel tahanan. Jika prinsip dipegang teguh, orang-orang yang menentang para wakil dan pilihan rakyat akan ikut bergabung dan mendukung," kata beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan satu masalah penting, yaitu bahwa musuh selalu berupaya menebar perselisihan di tengah umat untuk menyulut api fitnah. "Salah satu caranya adalah dengan menyusupkan orang-orang bayaran di tengah dua kubu yang berkonflik. Misalnya, dengan menyusupkan anasir sebagai Sunni takfiri di salah satu pihak dan dengan mengatasnamakan Syiah di pihak lain. Siapapun yang termakan oleh tipudaya besar ini berarti dia melakukan tindakan yang merugikan gerakan Islam," tegas beliau.
Untuk itu beliau menyeru ulama Syiah dan Sunni untuk tidak membiarkan perbedaan keyakinan dan madzhab menjadi pemicu pertikaian di tengah umat.
Di awal pertemuan, Ketua Dewan Ahli Kepemimpinan Ayatollah Mahdavi Kani menjelaskan proses berlangsungnya sidang tahun Dewan dan menyatakan bahwa Dewan ini akan membantu pemerintah dalam menjalankan tugas-tugasnya.