Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, Rabu (28/8) pagi dalam pertemuan dengan Presiden Republik Islam Iran Hassan Rouhani dan kabinet periode kesebelas mengapresiasi kerjasama parlemen yang membantu pemerintah dalam mempercepat proses pembentukan kabinet yang baru. Beliau menyebut Hassan Rouhani sebagai sosok presiden yang ideal, terpercaya dan memiliki masa lalu perjuangan revolusi yang jelas.
Seraya menjelaskan sejumlah parameter yang penting bagi pemerintahan ideal, Ayatollah al-Udzma Khamenei menekankan, "Prioritaskan masalah ekonomi dan sains. Dengan mengatasi inflasi, memenuhi kebutuhan rakyat yang mendesak, memarakkan sektor produksi, memacu laju ekonomi, dan menciptakan ketenangan di sektor ekonomi, harapan rakyat akan masa depan harus kalian pertahankan dan tingkatkan."
Menyinggung perkembangan di kawasan, beliau menyebut ancaman Amerika Serikat (AS) untuk menyerang Suriah sebagai tragedi yang tak terelakkan bagi kawasan.
"Intervensi militer pasti akan merugikan para pemicunya sendiri," kata beliau.
Dalam pertemuan itu, kepada para pejabat tinggi negara dan pemerintahan, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengucapkan selamat atas peringatan ‘Pekan Pemerintah' seraya mengingatkan, "Pekan pemerintah dihiasi dengan nama dua Syahid Cendekiawan yaitu Syahid Rajai dan Syahid Bahonar. Langkah semua pemerintahan selama ini dalam mengedepankan kedua syahid itu sebagai teladan tentu sangat berarti."
Beliau menambahkan, "Tak diragukan bahwa tampilnya Bapak Rouhani dengan pengalaman perjuangan dan revolusinya yang jelas serta sikap-sikapnya yang baik dalam tiga dekade ini di pucuk lembaga eksekutif adalah salah satu kelebihan yang dimiliki oleh pemerintahan yang baru ini."
Menyinggung tekad Presiden untuk mengatasi semua problem dan kesulitan, Rahbar berharap optimis pemerintah dapat menyelesaikan kesulitan yang ada dengan mengandalkan tekad yang kuat.
Lebih lanjut beliau menjelaskan sejumlah parameter penting untuk sebuah pemerintahan Islam yang ideal. Parameter pertama adalah akidah atau keyakinan yang benar dan etika yang lurus. Beliau mengungkapkan, "Aqidah dan pandangan yang tepat akan realitas di tengah masyarakat ini akan membuahkan tindakan yang benar oleh pemerintah."
Mengenai hal ini Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut rangkaian pidato dan arahan dari Imam Khomeini (ra) sebagai tolok ukur paling penting. Beliau menandaskan, "Nilai-nilai dan prinsip revolusi teraplikasikan dalam bentuk kata-kata dan arahan yang disampaikan oleh Imam Khomeini, yang jika kita komitmen dengannya dan merujuk kepadanya di saat-saat kebingungan, tentu apa yang kita lakukan akan membuahkan hasil yang cemerlang untuk masa depan dan kita akan terus bergerak maju."
Masih tentang aqidah yang benar, beliau menyatakan bahwa kepercayaan yang benar akan membuahkan keyakinan akan kebenaran janji-janji Ilahi. Beliau mengatakan, "Dalam banyak kasus seperti kemenangan revolusi Islam, Perang Pertahanan Suci, dan keberhasilan meredakan gejolak pemberontakan berbau etnis di awal-awal revolusi, rakyat dan para petinggi negara ini sudah merasakan sendiri kebenaran janji-janji Ilahi. Hal itulah yang menambah keyakinan akan datangnya pertolongan dan bantuan Allah."
Menyinggung pembicaraan Presiden Rouhani, Rahbar menegaskan, "Kepercayaan kepada Allah serta pandangan yang benar, logis dan bijak adalah kunci mengurai permasalahan yang ada."
Parameter kedua bagi pemerintahan Islami yang ideal adalah pengabdian kepada masyarakat. Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan bahwa filosofi keberadaan para pejabat adalah untuk mengabdi kepada rakyat. Karena itu, masalah apapun jangan sampai melalaikan para pejabat dari tugas pengabdian.
Kepada kabinet baru, beliau mengingatkan bahwa kesempatan mengabdi bakal berlalu dengan cepat. "Kepada semua kabinet saya selalu mengingatkan bahwa masa pengabdian 4 atau 8 tahun akan berlalu dengan cepat. Meski demikian, masa yang singkat ini bisa menjadi kesempatan untuk melakukan pengabdian yang tak berkesudahan kepada rakyat. Jangan sampai kesempatan ini hilang begitu saja."
Mengenai pengabdian kepada rakyat, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengimbau untuk memandangnya sebagai salah satu bentuk jihad. Namun, kata beliau, kerja dengan semangat jihad bukan berarti mengesampingkan aturan.
Parameter berikutnya bagi pemerintahan Islami yang ideal menurut beliau adalah keadilan. Beliau menegaskan, "Sudah berulang kali dikatakan bahwa kita menghendaki apa yang disebut dengan kemajuan. Tapi yang pasti kemajuan ini harus seiring dengan keadilan. Jika tidak, kita akan menjadi seperti negara-negara Barat yang dililit oleh isu kesenjangan sosial, diskriminasi dan ketidakpuasan rakyat."
Parameter keempat bagi pemerintahan ideal adalah ekonomi yang sehat dan pemberantasan korupsi. Rahbar mengingatkan bahwa jabatan di pemerintahan adalah posisi yang menggiurkan untuk berkuasa dan memperkaya diri. "Kalian harus bertindak laksana mata yang mengawasi dengan tatapan yang tajam dan terus menerus, supaya instansi yang Anda pimpin aman dari korupsi," imbuh beliau.
"Korupsi," lanjut beliau, "tak ubahnya bagai rayap. Kalian harus tegas dan bijak dalam mencegah munculnya praktik korupsi, kolusi, nepotisme, suap dan pemborosan. Dengan begitu, kalian tidak lagi menantikan campur tangan lembaga-lembaga yang bertugas sebagai pengawas di lingkungan instansi yang Anda pimpin."
Seraya menyebut para pejabat negara sebagai orang-orang yang baik dan bersih, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyayangkan adanya sedikit oknum bermasalah yang, ibarat kuman, merusak reputasi keseluruhan lembaga negara. "Ini harus dicegah," kata beliau.
Parameter berikutnya adalah kepatuhan kepada hukum dan undang-undang. "Undang-undang ibarat jalur gerak bagi pemerintah. Keluar dari jalur -dengan alasan apapun- akan merugikan negara dan rakyat," imbuh beliau.
Seraya mengakui kemungkinan adanya kekurangan dan ketidaktepatan dalam undang-undang, Ayatollah al-Udzma Khamenei menekankan, "Meski demikian, tidak menjalankan undang-undang itu akan lebih membahayakan dibanding pelaksanaannya. Karena itu, kalian harus mengupayakan agar budaya patuh hukum mengakar kuat di lembaga pemerintahan."
Salah satu bentuk dari budaya patuh hukum adalah dengan melaksanakan kebijakan makro negara dan dokumen Prospek 20 Tahun.
Parameter keenam untuk pemerintahan Islam yang ideal yang dijelaskan dalam pertemuan itu adalah kebijaksanaan dan kearifan. Karena itu, beliau mengimbau untuk memanfaatkan maksimal kapasitas para ahli yang ada di negara ini di berbagai bidang. Beliau mengingatkan, sebelum mengambil tindakan atau keputusan apapun harus ada telaah yang semestinya. Sebab, kerugian yang ditimbulkan oleh tindakan yang tidak matang akan sangat besar.
Parameter selanjutnya, menurut Rahbar, adalah mengandalkan kemampuan dan potensi dalam negeri secara arif. Beliau menggarisbawahi, "Mengandalkan potensi dalam negeri bukan berarti menolak apa yang datang dari luar. Poin intinya adalah jangan sampai kita mengandalkan apa yang dimiliki orang lain dan menaruh kepercayaan penuh kepadanya."
Lebih lanjut Ayatollah al-Udzma Khamenei mengimbau pemerintahan baru untuk memprioritaskan penanganan masalah ekonomi dan pengembangan sains. Seraya menekankan masalah ekonomi beliau mengatakan, "Tidak ada satupun orang yang bersikap fair yang menuntut penanganan problem ekonomi dengan cepat. Yang diharapkan adalah memulai langkah ini dengan bijak dan cerdas."
Mengenai kemajuan pesat sains di Iran dalam 10 tahun terakhir, Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, "Kemajuan ini jangan sampai berhenti."
Di bagian lain pembicaraannya, beliau menyinggung kondisi kawasan yang rawan dan panas saat ini seraya mengatakan, "Kita sama sekali tak ingin mencampuri urusan dalam negeri Mesir. Tapi kita juga tak bisa menutup mata menyaksikan pembantaian yang terjadi di sana."
Beliau menambahkan, "Kami mengutuk dengan keras pembunuhan rakyat yang tidak bersenjata di Mesir. Republik Islam Iran mengecam siapapun pelakunya."
Rahbar menegaskan, "Perang saudara di Mesir harus dihindarkan. Sebab, perang saudara ini akan menciptakan tragedi bagi Dunia Islam dan bagi kawasan."
Menurut beliau, solusi bagi Mesir adalah kembali kepada aturan demokrasi dan suara rakyat. "Setelah bertahun-tahun hidup di bawah tekanan rezim otoriter, berkat kebangkitan Islam, rakyat Mesir berhasil menggelar pemilihan umum yang bersih dan proses demokrasi ini tak akan terhenti."
Berkenaan dengan perkembangan di Suriah, seraya menyebut ancaman dan kemungkinan intervensi militer AS sebagai tragedi bagi kawasan, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan, "Jika itu terjadi, AS pasti akan mengalami kerugian yang sama dengan apa yang dialaminya saat intervensi di Irak dan Afghanistan."
Beliau menambahkan, "Intervensi kekuatan asing dan lintas kawasan di suatu negara hanya akan menyulut perang dan akan semakin menambah kebencian rakyat di sana kepada mereka."
Dalam kesempatan itu, Presiden Hassan Rouhani menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam karena dukungannya kepada pemerintahan baru yang dipimpinnya. Seraya menjelaskan kebijakan kabinet periode kesebelas, Rouhani menyatakan akan memanfaatkan pengalaman pemerintahan-pemerintahan periode yang lalu.
Seraya menjelaskan sejumlah parameter yang penting bagi pemerintahan ideal, Ayatollah al-Udzma Khamenei menekankan, "Prioritaskan masalah ekonomi dan sains. Dengan mengatasi inflasi, memenuhi kebutuhan rakyat yang mendesak, memarakkan sektor produksi, memacu laju ekonomi, dan menciptakan ketenangan di sektor ekonomi, harapan rakyat akan masa depan harus kalian pertahankan dan tingkatkan."
Menyinggung perkembangan di kawasan, beliau menyebut ancaman Amerika Serikat (AS) untuk menyerang Suriah sebagai tragedi yang tak terelakkan bagi kawasan.
"Intervensi militer pasti akan merugikan para pemicunya sendiri," kata beliau.
Dalam pertemuan itu, kepada para pejabat tinggi negara dan pemerintahan, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengucapkan selamat atas peringatan ‘Pekan Pemerintah' seraya mengingatkan, "Pekan pemerintah dihiasi dengan nama dua Syahid Cendekiawan yaitu Syahid Rajai dan Syahid Bahonar. Langkah semua pemerintahan selama ini dalam mengedepankan kedua syahid itu sebagai teladan tentu sangat berarti."
Beliau menambahkan, "Tak diragukan bahwa tampilnya Bapak Rouhani dengan pengalaman perjuangan dan revolusinya yang jelas serta sikap-sikapnya yang baik dalam tiga dekade ini di pucuk lembaga eksekutif adalah salah satu kelebihan yang dimiliki oleh pemerintahan yang baru ini."
Menyinggung tekad Presiden untuk mengatasi semua problem dan kesulitan, Rahbar berharap optimis pemerintah dapat menyelesaikan kesulitan yang ada dengan mengandalkan tekad yang kuat.
Lebih lanjut beliau menjelaskan sejumlah parameter penting untuk sebuah pemerintahan Islam yang ideal. Parameter pertama adalah akidah atau keyakinan yang benar dan etika yang lurus. Beliau mengungkapkan, "Aqidah dan pandangan yang tepat akan realitas di tengah masyarakat ini akan membuahkan tindakan yang benar oleh pemerintah."
Mengenai hal ini Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut rangkaian pidato dan arahan dari Imam Khomeini (ra) sebagai tolok ukur paling penting. Beliau menandaskan, "Nilai-nilai dan prinsip revolusi teraplikasikan dalam bentuk kata-kata dan arahan yang disampaikan oleh Imam Khomeini, yang jika kita komitmen dengannya dan merujuk kepadanya di saat-saat kebingungan, tentu apa yang kita lakukan akan membuahkan hasil yang cemerlang untuk masa depan dan kita akan terus bergerak maju."
Masih tentang aqidah yang benar, beliau menyatakan bahwa kepercayaan yang benar akan membuahkan keyakinan akan kebenaran janji-janji Ilahi. Beliau mengatakan, "Dalam banyak kasus seperti kemenangan revolusi Islam, Perang Pertahanan Suci, dan keberhasilan meredakan gejolak pemberontakan berbau etnis di awal-awal revolusi, rakyat dan para petinggi negara ini sudah merasakan sendiri kebenaran janji-janji Ilahi. Hal itulah yang menambah keyakinan akan datangnya pertolongan dan bantuan Allah."
Menyinggung pembicaraan Presiden Rouhani, Rahbar menegaskan, "Kepercayaan kepada Allah serta pandangan yang benar, logis dan bijak adalah kunci mengurai permasalahan yang ada."
Parameter kedua bagi pemerintahan Islami yang ideal adalah pengabdian kepada masyarakat. Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan bahwa filosofi keberadaan para pejabat adalah untuk mengabdi kepada rakyat. Karena itu, masalah apapun jangan sampai melalaikan para pejabat dari tugas pengabdian.
Kepada kabinet baru, beliau mengingatkan bahwa kesempatan mengabdi bakal berlalu dengan cepat. "Kepada semua kabinet saya selalu mengingatkan bahwa masa pengabdian 4 atau 8 tahun akan berlalu dengan cepat. Meski demikian, masa yang singkat ini bisa menjadi kesempatan untuk melakukan pengabdian yang tak berkesudahan kepada rakyat. Jangan sampai kesempatan ini hilang begitu saja."
Mengenai pengabdian kepada rakyat, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengimbau untuk memandangnya sebagai salah satu bentuk jihad. Namun, kata beliau, kerja dengan semangat jihad bukan berarti mengesampingkan aturan.
Parameter berikutnya bagi pemerintahan Islami yang ideal menurut beliau adalah keadilan. Beliau menegaskan, "Sudah berulang kali dikatakan bahwa kita menghendaki apa yang disebut dengan kemajuan. Tapi yang pasti kemajuan ini harus seiring dengan keadilan. Jika tidak, kita akan menjadi seperti negara-negara Barat yang dililit oleh isu kesenjangan sosial, diskriminasi dan ketidakpuasan rakyat."
Parameter keempat bagi pemerintahan ideal adalah ekonomi yang sehat dan pemberantasan korupsi. Rahbar mengingatkan bahwa jabatan di pemerintahan adalah posisi yang menggiurkan untuk berkuasa dan memperkaya diri. "Kalian harus bertindak laksana mata yang mengawasi dengan tatapan yang tajam dan terus menerus, supaya instansi yang Anda pimpin aman dari korupsi," imbuh beliau.
"Korupsi," lanjut beliau, "tak ubahnya bagai rayap. Kalian harus tegas dan bijak dalam mencegah munculnya praktik korupsi, kolusi, nepotisme, suap dan pemborosan. Dengan begitu, kalian tidak lagi menantikan campur tangan lembaga-lembaga yang bertugas sebagai pengawas di lingkungan instansi yang Anda pimpin."
Seraya menyebut para pejabat negara sebagai orang-orang yang baik dan bersih, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyayangkan adanya sedikit oknum bermasalah yang, ibarat kuman, merusak reputasi keseluruhan lembaga negara. "Ini harus dicegah," kata beliau.
Parameter berikutnya adalah kepatuhan kepada hukum dan undang-undang. "Undang-undang ibarat jalur gerak bagi pemerintah. Keluar dari jalur -dengan alasan apapun- akan merugikan negara dan rakyat," imbuh beliau.
Seraya mengakui kemungkinan adanya kekurangan dan ketidaktepatan dalam undang-undang, Ayatollah al-Udzma Khamenei menekankan, "Meski demikian, tidak menjalankan undang-undang itu akan lebih membahayakan dibanding pelaksanaannya. Karena itu, kalian harus mengupayakan agar budaya patuh hukum mengakar kuat di lembaga pemerintahan."
Salah satu bentuk dari budaya patuh hukum adalah dengan melaksanakan kebijakan makro negara dan dokumen Prospek 20 Tahun.
Parameter keenam untuk pemerintahan Islam yang ideal yang dijelaskan dalam pertemuan itu adalah kebijaksanaan dan kearifan. Karena itu, beliau mengimbau untuk memanfaatkan maksimal kapasitas para ahli yang ada di negara ini di berbagai bidang. Beliau mengingatkan, sebelum mengambil tindakan atau keputusan apapun harus ada telaah yang semestinya. Sebab, kerugian yang ditimbulkan oleh tindakan yang tidak matang akan sangat besar.
Parameter selanjutnya, menurut Rahbar, adalah mengandalkan kemampuan dan potensi dalam negeri secara arif. Beliau menggarisbawahi, "Mengandalkan potensi dalam negeri bukan berarti menolak apa yang datang dari luar. Poin intinya adalah jangan sampai kita mengandalkan apa yang dimiliki orang lain dan menaruh kepercayaan penuh kepadanya."
Lebih lanjut Ayatollah al-Udzma Khamenei mengimbau pemerintahan baru untuk memprioritaskan penanganan masalah ekonomi dan pengembangan sains. Seraya menekankan masalah ekonomi beliau mengatakan, "Tidak ada satupun orang yang bersikap fair yang menuntut penanganan problem ekonomi dengan cepat. Yang diharapkan adalah memulai langkah ini dengan bijak dan cerdas."
Mengenai kemajuan pesat sains di Iran dalam 10 tahun terakhir, Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, "Kemajuan ini jangan sampai berhenti."
Di bagian lain pembicaraannya, beliau menyinggung kondisi kawasan yang rawan dan panas saat ini seraya mengatakan, "Kita sama sekali tak ingin mencampuri urusan dalam negeri Mesir. Tapi kita juga tak bisa menutup mata menyaksikan pembantaian yang terjadi di sana."
Beliau menambahkan, "Kami mengutuk dengan keras pembunuhan rakyat yang tidak bersenjata di Mesir. Republik Islam Iran mengecam siapapun pelakunya."
Rahbar menegaskan, "Perang saudara di Mesir harus dihindarkan. Sebab, perang saudara ini akan menciptakan tragedi bagi Dunia Islam dan bagi kawasan."
Menurut beliau, solusi bagi Mesir adalah kembali kepada aturan demokrasi dan suara rakyat. "Setelah bertahun-tahun hidup di bawah tekanan rezim otoriter, berkat kebangkitan Islam, rakyat Mesir berhasil menggelar pemilihan umum yang bersih dan proses demokrasi ini tak akan terhenti."
Berkenaan dengan perkembangan di Suriah, seraya menyebut ancaman dan kemungkinan intervensi militer AS sebagai tragedi bagi kawasan, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan, "Jika itu terjadi, AS pasti akan mengalami kerugian yang sama dengan apa yang dialaminya saat intervensi di Irak dan Afghanistan."
Beliau menambahkan, "Intervensi kekuatan asing dan lintas kawasan di suatu negara hanya akan menyulut perang dan akan semakin menambah kebencian rakyat di sana kepada mereka."
Dalam kesempatan itu, Presiden Hassan Rouhani menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam karena dukungannya kepada pemerintahan baru yang dipimpinnya. Seraya menjelaskan kebijakan kabinet periode kesebelas, Rouhani menyatakan akan memanfaatkan pengalaman pemerintahan-pemerintahan periode yang lalu.