Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Rabu (26/6) dalam pertemuan dengan Ketua dan para pejabat lembaga yudikatif negara mengapresiasi partisipasi besar rakyat Iran dalam pemilihan presiden 14 Juni lalu seraya mengimbau semua pihak untuk membantu dan bekerjasama dengan Presiden terpilih dalam menjalankan tugasnya.
Beliau mengatakan bahwa pemilu ini menunjukkan kekandasan semua konspirasi musuh, kepercayaan besar rakyat kepada pemerintahan Islam serta para pelaksana dan pengawas pemilu, adanya keamanaan yang lazim sebagai infrastruktur bagi kemajuan dan kemakmuran negara, serta kearifan dan kepatuhan para kandidat kepada hukum dan kekuatan pemerintahan Republik Islam dalam membela kepentingan bangsa.
Dalam pertemuan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati gugurnya Syahid Ayatollah Mohammad Hosseini Beheshti bersama 72 tokoh revolusi Islam ini, Rahbar menandaskan, "Dalam kejahatan yang keji itu, sejumlah tokoh dan ulama besar serta para tokoh revolusi yang tulus gugur syahid. Tapi di saat yang sama, rakyat Iran menyaksikan wajah asli orang-orang munafik dan kaum arogan pendukungnya. Hal itulah yang membuat munafikin tak lagi bisa bertahan hidup di negara ini, dan ini sangat menentukan nasib perjalanan Republik Islam."
Beliau menyebut ‘kebersihan' dan ‘efisiensi' sebagai dua target utama yang selalu ada pada lembaga peradilan dan harus selalu mewarnai seluruh program dan agenda kerjanya.
"Lembaga peradilan harus menjadi wadah yang bisa meyakinkan orang tertindas bahwa dia bisa merebut kembali haknya dari orang zalim melalui lembaga ini," kata beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei mengakui bahwa tujuan yang hendak dicapai sangat sulit, tapi harus dilakukan dan setiap ruang kosong harus dipenuhi. Karena itu, para pemimpin lembaga peradilan harus mengenal dengan baik ruang-ruang kosong yang ada sehingga bisa menjadikannya acuan dalam membuat program kerja. Dengan melaksanakan program itu, semua kekurangan akan bisa diatasi.
Mengenai pemilu 14 Juni lalu, beliau menyatakan bahwa hakikat-hakikat yang tersirat dari pemilu ini masih harus dianalisa lebih mendalam. Beliau menjelaskan bahwa sejak setahun sebelumnya, musuh dengan segenap sarana dan corong-corong medianya berusaha keras untuk menggagalkan pelaksanaan pemilu atau melemahkan animo rakyat untuk menyertainya. Musuh juga punya agenda pasca pemilu. Tapi berkat inayah Allah Swt, di hari pemilu rakyat Iran dengan kecerdasannya berhasil menggagalkan skenario musuh.
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Menebar keragu-raguan akan kejujuran pemilu adalah salah satu modus musuh untuk melemahkan partisipasi rakyat. Tapi kehadiran rakyat di tempat-tempat pemungutan suara memaksa corong-corong media kubu arogansi mengakui partisipasi besar rakyat Iran di hari pemilu."
Menurut beliau, faktor kunci dari partisipasi besar rakyat ini adalah kecintaan mereka kepada pemerintahan Islam dan kepercayaan besar mereka kepada para pelaksana dan pengawas pemilu di negara ini. Dan ini adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri.
Rahbar juga memuji sikap patuh hukum yang ditunjukkan oleh para kandidat presiden dan ini adalah fenomena yang harus disyukuri. "Ucapan selamat yang disampaikan para kandidat lain kepada presiden terpilih telah menyempurnakan keindahan pemilu ini bagi rakyat," kata beliau.
Beliau mengingatkan partisipasi besar rakyat Iran dalam pemilu presiden tahun 2009 yang tercemari oleh sikap sejumlah kalangan yang tidak patuh hukum dan mencari-cari alasan. Akibatnya, keindahan pemilu itu di mata rakyat Iran berganti dengan kegetiran.
Ayatollah al-Udzma Khamenei lebih lanjut mengimbau semua pihak untuk membantu presiden terpilih seraya menandaskan, "Tugas sebagai pelaksana negara sangat berat. Karena itu, semua instansi dan rakyat harus ikut membantu presiden terpilih dalam melaksanakan tugasnya."
Di bagian lain pembicaraannya, Rahbar menyinggung isu nuklir dan mengatakan, "Seperti yang sudah saya katakan dalam pidato di awal tahun, segelintir negara yang memusuhi Iran dan mengaku sebagai masyarakat dunia tidak ingin menyelesaikan isu nuklir. Jika mereka bisa meninggalkan sikap keras kepala, maka penyelesaian isu nuklir ini akan sangat mudah dicapai."
Beliau melanjutkan, "Beberapa kali isu nuklir ini sudah hampir terselesaikan. Tapi pada setiap kalinya, pihak Amerika Serikat (AS) mengajukan alasan-alasan baru yang membuat masalah ini terus memanjang."
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengungkapkan, "Dokumen yang ditandatangani Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengakui bahwa keraguan-raguan dalam kasus nuklir Iran sudah teratasi, dan ini meniscayakan ditutupnya berkas nuklir Iran. Tapi mendadak, AS mengajukan isu-isu baru. Sebab, bagi AS isu ini bisa menjadi alat yang cukup menjanjikan untuk menekan dan mengancam Iran."
Beliau menambahkan, "Sebenarnya mereka tidak memandang penting soal nuklir, hak asasi manusia, demokrasi dan isu-isu lainnya. Yang mereka inginkan adalah mengganjal gerak bangsa ini ke arah kemajuan supaya bisa menguasai kembali bangsa dan negara ini. Tapi dengan mengandalkan kekuatan, independensi, kekuatan rakyat dan tawakkal kepada Allah, Republik Islam Iran tetap resisten dan selalu siap membela kepentingannya."
Di awal pertemuan ketua Lembaga Yudikatif Ayatollah Amoli Larijani menyampaikan laporan akan kinerja lembaga yang dipimpinnya.