Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Rabu (17/4) siang dalam pertemuan dengan sejumlah perwira tinggi militer, pejabat pilihan Basij dan sejumlah keluarga korps Tentara Republik Islam Iran menyebut tentara sebagai kebanggaan negara. Beliau juga menyatakan bahwa Tentara Republik Islam Iran adalah korps militer yang merakyat, berwawasan, beriman, kreatif dan teruji.
Dalam pertemuan yang diselenggarakan menjelang peringatan hari Tentara Republik Islam ini, seraya menyinggung pernyataan dan sikap kubu arogansi pimpinan Amerika Serikat (AS) yang tidak logis, Rahbar mengatakan, "Hari ini peradaban Barat terancam kehancuran akibat inkonsistensi, irasionalitas, arogansi dan pengabaiannya akan nilai-nilai insani."
Beliau yang juga Pemimpin Tertinggi Seluruh Korps Angkatan Bersenjata pada kesempatan itu menjelaskan kriteria-kriteria khusus dan keistimewaan yang dimiliki oleh korps Tentara Republik Islam Iran yang dikenal ramah dan merakyat. Beliau menandaskan, "Dalam sistem pemerintahan Republik Islam Iran, tentara dihormati oleh rakyat dan dipandang sebagai pelindung bangsa karena pengorbanan dan perjuangannya, bukan karena arogansi dan kekuatan."
Menurut Ayatollah al-Udzma Khamenei, kriteria berikutnya yang dimiliki Tentara Republik Islam Iran adalah keberilmuannya. "Kemajuan-kemajuan dan proyek-proyek sains dan penelitian pada industri pertahanan dan elektronik yang melibatkan jajaran angkatan bersenjata termasuk korps tentara saat ini sangat mengagumkan dan tidak bisa dibandingkan dengan kondisi sebelum kemenangan revolusi Islam," kata beliau.
Keberhasilan tersebut, lanjut beliau, dicapai di tengah kondisi yang sulit ketika musuh-musuh bangsa Iran enggan memberikan fasilitas yang minim sekalipun kepada negara ini. "Tapi luapan bakat dan potensi para pemuda dan anak-anak bangsa ini telah menciptakan keajaiban," ungkap beliau.
Menyinggung kriteria berikutnya, yaitu ketaatan beragama yang ada pada Tentara Republik Islam Iran, Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan, "Bekerja karena rasa tanggung jawab dan langkah memperkokoh spiritualitas dan semangat revolusi telah membuat Tentara Republik Islam menjadi korps angkatan bersenjata yang loyalis dan komitmen terhadap keyakinan dan norma-norma."
Beliau menambahkan, "Tentara dengan kriteria seperti ini pasti akan berhasil melewati ujian apapun."
Keistimewaan berikutnya yang dimiliki Tentara Republik Islam Iran adalah pengalamannya yang matang setelah terlibat perang delapan tahun dan berhasil mengukir kemenangan. Beliau mengungkapkan, "Di masa Perang Pertahanan Suci, tentara memainkan peran yang menonjol dalam berbagai operasi militer. Tentara juga banyak melakukan pekerjaan besar."
Kepada para personil korps ketentaraan, Rahbar mengatakan, "Anda semua mesti berbangga dengan ketentaraan kalian. Pertahankanlah tekad dan perkuatlah kriteria-kriteria menonjol yang ada pada diri kalian ini."
Seraya menyatakan bahwa angkatan bersenjata Iran memiliki semangat juang dan resistensi yang lebih besar dibanding angkatan bersenjata negara-negara lain, beliau menandaskan, "Tentara, Sepah-e Pasdaran (Pasukan Garda Revolusi Islam), dan Basij menawarkan satu budaya dan orientasi baru kepada dunia yang bisa menjadi teladan baik yang bertolak belakang dengan orientasi imperialisme dan hegemonisme militer di dunia."
Mengenai ambisi kekuasaan dan jiwa hegemoni yang menguasai angkatan bersenjata kubu arogansi khususnya AS, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan, "Di mana saja berada, tentara seperti ini hanya akan menebar amoralitas, serta intimidasi dan pembunuhan terhadap rakyat kecil."
Menyinggung pernyataan para petinggi AS yang mengaku menentang keberadaan senjata pemusnah massal, beliau mengatakan, "Tidak seperti yang mereka klaim, pesawat-pesawat tanpa awak milik AS terus menerus melakukan pembunuhan terhadap anak-anak, perempuan dan warga sipil tak berdosa di Afghanistan dan Pakistan. Seiring dengan itu, para teroris yang didukung AS, baik secara terbuka maupun terselubung, menggelar aksi pembantaian warga di Irak dan Suriah."
Menjelaskan inkonsistensi AS, Rahbar menandaskan, "AS dan mereka yang mengaku membela hak asasi manusia justeru memilih bungkam dalam menyikaspi pembantaian warga tak berdosa di Pakistan, Afghanistan, Irak dan Suriah. Tapi, setelah terjadinya serangkaian ledakan di AS, mereka baru angkat suara dan membuat bising dunia."
Republik Islam Iran yang mengikuti logika Islam, tegas beliau, menolak dan mengutuk segala bentuk aksi peledakan bom dan pembunuhan warga sipil, baik yang terjadi di Boston AS, maupun yang terjadi di Pakistan, Afghanistan, Irak atau Suriah.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menambahkan, "Sepak terjang AS dan para pengaku pendukung HAM dalam menyikapi pembunuhan warga tak berdosa penuh kontradiksi. Karena itu kami meyakini bahwa AS dan kubu yang berseberangan dengan Republik Islam tidak menggunakan logika yang benar."
Menurut beliau, inkonsistensi, irasionalitas, arogansi dan pengabaian akan nilai-nilai insani ini telah membawa peradaban Barat ke jurang kehancuran.
Rahbar menambahkan, "Logika apa yang digunakan untuk membenarkan pembantaian anak-anak dan perempuan di Afghanistan dan Pakistan oleh tentara AS atau pembunuhan warga sipil di Irak dan Suriah oleh teroris dukungan AS, Barat dan Zionis, sementara jika terjadi ledakan di AS atau salah satu negara Barat, maka seluruh dunia harus ikut menanggung kerugian?"
Beliau menegaskan, "Jiwa dan pemikiran gaya AS dan Barat yang menganggap mereka berbeda dengan masyarakat dunia yang lain ini justeru akan menjadi faktor kehancuran mereka."
Sebaliknya, kata beliau, pandangan dan pemikiran Republik Islam Iran dilandasi oleh logika kuat yang merupakan pondasi yang kokoh bagi sebuah peradaban yang mengakar dan lestari.
Di bagian lain pembicaraannya, Pemimpin Besar Revolusi Islam memuji pengorbanan, keramahan dan kesetiaan istri, anak-anak dan keluarga para personil tentara. "Keluarga tentara harus berbangga memiliki manusia-manusia seperti ini," kata beliau.
Di awal pertemuan Komandan Tentara Republik Islam Iran Mayor Jenderal Salehi membawakan laporan akan kemampuan dan kesiapan Tentara Republik Islam Iran.
Pertemuan ini juga dihiasi dengan perjumpaan Ayatollah al-Udzma Khamenei dengan sejumlah tentara veteran cacat perang.