Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, Kamis (7/3) pagi dalam pertemuan dengan Ketua dan para anggota Dewan Ahli Kepemimpinan (Majles-e Khebregan-e Rahbari) menyampaikan analisa yang menyeluruh tentang gerak maju bangsa Iran yang terus meraih keberhasilan yang mengagumkan selama 34 tahun sejak kemenangan revolusi Islam. Selain menjelaskan berbagai tantangan dan rintangan yang menghadang langkah bangsa Iran, beliau menyatakan bahwa upaya mewujudkan cita-cita pemerintahan Islam mesti dipandang sebagai sebuah program jangka panjang.
"Keyakinan kepada Islam, tekad yang kuat, mengandalkan kekuatan rakyat, serta mempertahankan dan memperkuat semangat dan optimisme adalah elemen-elemen utama yang mendukung kelestarian gerak maju ke arah keberhasilan yang lebih besar dan langkah melewati segala rintangan dan kesulitan yang ada pada setiap tahap," kata beliau.
Menyinggung bahwa kondisi saat ini jauh lebih sulit dan rumit dibanding situasi di masa perjuangan sebelum kemenangan revolusi, Rahbar mengatakan, "Dalam situasi seperti ini, kita harus menghindari pandangan jangka pendek dan temporal. Gerak maju ini harus diprotek dengan keyakinan akan Islam, mengandalkan kekuatan rakyat serta dengan mengedepankan semangat dan optimisme."
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyatakan bahwa salah satu tugas yang diemban oleh ulama dan kalangan rohaniwan adalah menjaga dan memperkuat semangat dan optimisme di tengah masyarakat khususnya kaum muda.
"Gelora optimisme harus selalu dihidupkan, apalagi jika tanda-tanda akan optimisme itu terlihat subur," imbuh beliau.
Seraya menyebut keberhasilan demi keberhasilan yang dicapai bangsa Iran sebagai salah satu tanda kuatnya optimisme itu, beliau mengatakan, "Salah satu hal yang membukti kemajuan yang berhasil diraih ini adalah sikap panik, kemarahan dan semakin kerasnya tindakan musuh."
Pemimpin Besar Revolusi menjelaskan, "Jika pemerintahan Islam ini tidak berhasil meraih kemajuan, musuh tak akan mungkin sepanik dan segeram ini."
Beliau lebih lanjut menjabarkan berbagai tantangan yang dihadapi pemerintahan Islam diantaranya isu nuklir. "Tentunya, isu ini tidak merugikan kita," kata beliau.
Menyinggung soal perundingan nuklir Iran dengan kelompok 5+1 di Almaty, Kazakhstan, Rahbar mengungkapkan, "Dalam pertemuan itu, tak ada hal khusus yang dilakukan Barat yang bisa disebut sebagai pemberian konsesi. Yang mereka lakukan hanya mengakui sebagian kecil dari apa yang menjadi hak bangsa Iran."
Seraya menyebutkan kebiasaan Barat yang mengabaikan pernyataan dan kesepakatan yang dibuatnya sendiri, beliau mengatakan, "Untuk menilai kejujuran Barat dalam pertemuan terbarunya dengan Iran, kita harus menantikan pertemuan berikutnya."
Rahbar menjelaskan soal embargo dan menandaskan, "Isu nuklir dijadikan alasan untuk menjatuhkan embargo. Padahal faktor sebenarnya adalah program jangka panjang yang ingin diwujudkan oleh Barat."
Beliau menambahkan bahwa tujuan utama dari embargo adalah untuk membenturkan rakyat dengan pemerintahan Islam. "Dengan menekan rakyat, Barat berharap bisa membenturkan rakyat ini dengan pemerintahan Islam. Tapi yang terjadi pada peringatan kemenangan revolusi Islam 22 Bahman yang lalu bertolak belakang dengan apa yang di maukan Barat," ujar beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut partisipasi besar rakyat Iran dalam pawai 22 Bahman sebagai peristiwa yang fonumenal seraya menambahkan, "Berdasarkan penghitungan yang cermat dan pengamatan para pakar, partisipasi rakyat Iran pada pawai 22 Bahman tahun ini lebih besar dan lebih bersemangat dibanding tahun-tahun sebelumnya."
Beliau lantas mengajukan pertanyaan, apa makna di balik partisipasi besar dan penuh semangat ini di saat Iran sedang dililit kesulitan ekonomi sementara revolusi sudah berjalan 34 tahun lamanya? Menurut beliau, fenomena yang mengagumkan ini tak lain adalah jawaban telak rakyat Iran terhadap apa yang disebut Barat sebagai ‘embargo yang melumpuhkan'. Kesan dan pengaruh dari partisipasi besar rakyat ini terlihat di pentas internasional.
Partisipasi besar rakyat yang menentukan ini, sambung beliau, akan terlihat kembali pada pelaksanaan pemilihan presiden mendatang. Dengan izin dan kemurahan Allah Swt, saat itu hati bangsa ini akan terpanggil ke arah kotak-kotak suara.
Mengenai pemilu, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut Republik Islam Iran sebagai negara yang melaksanakan pemilu paling baik, paling bebas dan paling berstandar di dunia. "Pernyataan sebagian orang yang menyebut mekanisme seleksi calon peserta pemilu sebagai satu kekurangan dalam pemerintahan Islam ini tak lebih dari pernyataan yang konyol dan bodoh. Sebab seleksi kelayakan calon kandidat dalam pemilu lewat aturan hukum adalah hal yang dikenal baik dalam sistem demokrasi di dunia," ungkap beliau.
Seleksi kandidat pemilu, kata beliau, ditujukan untuk menawarkan kepada para pemilih supaya memberikan suara kepada orang yang menyandang persyaratan dan kelayakan yang diperlukan. Dengan demikian, mereka yang berhak berkompetisi menjadi presiden adalah orang yang benar-benar layak memikul tugas dan tanggung jawab ini.
Seraya menjelaskan tugas berat yang dipikul Dewan Garda Konstitusi sebagai pihak yang bertanggung jawab melakukan penyeleksian para kandidat pemilu, Rahbar menambahkan, "Seperti yang selama ini dilakukan secara konstitusional, pada pemilu presiden kali ini Dewan Garda Konstitusi juga dituntut bertindak dalam koridor hukum dan konstitusi. Dengan demikian, diharapkan para kandidat yang lolos seleksi bisa berkompetisi dalam pemilu."
Beliau menekankan supaya pemilu berlangsung semarak dan dengan partisipasi rakyat yang tinggi, dan mengatakan, "Kita berharap, semoga dengan inayah dan bantuan Ilahi, presiden yang terpilih diridhai akan Allah dan membawa rakyat ini semakin dekat kepada cita-cita besar revolusi Islam."
Dalam kesempatan itu, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengangkat pula masalah kesulitan ekonomi dan problem kehidupan masyarakat di Iran, dan menegaskan, "Sebagian kesulitan ekonomi ini disebabkan oleh sanksi, sementara sebagian lainnya berhubungan dengan masalah pengelolaan negara dan kebijakan ekonomi dalam negeri. Tapi masalah yang penting adalah bahwa kesulitan ini bisa diatasi."
Beliau menambahkan, "Kepada para pejabat terkait saya sudah menekankan untuk mengatasi masalah tingginya harga barang-barang, dan sekarang mereka harus melaporkan apa saja yang sudah dilakukan."
Ayatollah al-Udzma Khamenei menekankan bahwa semua kesulitan yang ada pasti bisa diatasi dengan perencanaan yang benar dan kerja keras.
Beliau menyebut beberapa jenis sanksi seperti larangan ekspor sejumlah jenis komoditas barang ke Iran sebagai hal yang menguntungkan bagi Iran. "Sanksi ini justeru memicu potensi dari dalam seperti yang terjadi dalam kasus uranium dengan kadar pengayaan 20 persen untuk memenuhi kebutuhan reaktor riset Tehran," kata beliau.
Terkait keperluan uranium berkadar pengayaan 20 persen untuk keperluan radioisotop dan reaktor riset nuklir Tehran, Rahbar menjelaskan, "Karena tidak mengenal bangsa Iran dan salah perhitungan, musuh mengajukan sederet prasyarat dan usulan yang aneh dan unik sehingga kemungkinan bagi Iran untuk mendapatkan uranium dengan kadar pengayaan 20 persen mendekati angka nol. Karena itulah, Republik Islam menolak menerima usulan-usulan itu."
Menanggapi sikap Iran, Barat mempermainkan opini umum dunia dan negara-negara sahabat Iran dengan menyusun agenda baru yang melibatkan Presiden AS untuk meminta presiden Turki dan Brazil menjadi mediator pembicaraan dengan Iran.
"Saat itu, meski mempersilakan para pejabat tinggi terkait untuk menindaklanjuti solusi ini saya mengingatkan bahwa Amerika Serikat (AS) tidak mungkin bersedia menerima keinginan Iran. Dan memang itulah yang kemudian terjadi," ungkap beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "AS ingin mengesankan kepada opini umum dunia bahwa Iranlah yang menolak solusi logis yang ditawarkan. Padahal yang terjadi justeru membuktikan bahwa sikap AS-lah yang tidak logis."
Dari kasus uranium dengan kadar pengayaan 20 persen yang akhirnya berhasil diatasi oleh Iran dengan melakukan pengayaan sendiri yang mengandalkan kemampuan tenaga-tenaga handal di dalam negeri, beliau menyimpulkan bahwa dalam kasus-kasus lain, tekanan bisa dibalik menjadi hal yang menguntungkan negara.
Beliau menambahkan, "Faktanya adalah bahwa negara-negara yang menerapkan embargo terhadap bangsa Iran saat ini tengah dililit krisis ekonomi yang lebih parah, berat dan tak teruraikan."
Ayatollah al-Udzma Khamenei menegaskan, "AS dan Eropa terhimpit di antara dua dilema dan sedang bergerak ke arah kehancuran sendi-sendi perekonomiannya."
Dalam menyimpulkan pembicaraannya, selain menekankan kelaziman untuk memperkuat optimisme di tengah masyarakat, beliau mengungkapkan, "Jika kita benar-benar yakin bahwa semua urusan ada di tangan Allah Swt dan bahwa Dia selalu hadir, mengawasi, menjawab dan mendengar, maka semua masalah akan bisa diatasi. Apalagi, pemerintahan Islam ini punya tekad kuat, rakyat yang baik dan beriman, cita-cita yang jelas dan jalan yang terang."
Di bagian lain pembicaraannya, Rahbar mengucapkan selamat kepada Ayatollah Mahdavi Kani yang kembali terpilih sebagai Ketua Dewan Ahli Kepemimpinan. Seraya menyinggung topik pembahasan sidang Dewan Ahli khususnya yang terkait dengan kinerja Yayasan Radio dan Televisi, beliau mengatakan, "Kepedulian besar para anggota Dewan Ahli Kepemimpinan terhadap berbagai masalah penting di negara ini dan berbagai topik seperti masalah Radio dan Televisi adalah satu hal penting yang mesti dilestarikan."
Menyebut para pejabat dan penanggung jawab Radio dan Televisi sebagai insan-insan yang baik, agamis, dan loyalis, Ayatollah al-Udzma Khamenei menekankan, harapan terhadap radio dan televisi memang sangat tinggi. Karena itu, untuk memenuhi harapan tersebut, penilaian harus dilandaskan pada kinerja jangka pandang, bukan temporal dan jangka pendek.
Di awal pertemuan, Ketua Dewan Ahli Kepemimpinan Ayatollah Mahdavi Kani dalam kata sambutannya menjelaskan sejumlah hal yang berkaitan dengan sidang Dewan Ahli kali ini yang juga menyentuh berbagai persoalan politik, budaya, dan ekonomi negara. Mahdavi Kani juga mengatakan, bahwa Dewan Ahli telah membentuk komite khusus yang bertugas menindaklanjuti sejumlah masalah penting di negara ini.
Pembicara lain adalah Ayatollah Yazdi yang membawakan laporan tentang sidang Dewan Ahli yang berlangsung selama dua hari. Yazdi menyampaikan ucapan terima kasih kepada rakyat Iran yang telah berpartisipasi besar dalam memeriahkan pawai kemenangan revolusi Islam 22 Bahman yang lalu.