Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Rabu (21/11) pagi dalam pertemuan dengan ratusan aktivis program jaringan 'Salehin' menyebut Basij sebagai mukjizat revolusi. Seraya menyatakan bahwa negara, bangsa, revolusi dan sejarah senantiasa membutuhkan kehadiran Basij, beliau menekankan untuk meningkatkan kwalitas kegiatan-kegiatan lembaga ini.
Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam pembicaraan itu menyinggung serangan brutal dan kejahatan rezim Zionis Israel terhadap warga Jalur Gaza seraya menyebutnya sebagai kebrutalan yang sulit dipercaya. Menurut beliau, yang lebih menjijikkan adalah sikap Amerika Serikat (AS), Inggris dan Prancis yang mendukung pembantaian warga Gaza.
"Negara-negara Islam khususnya negara-negara Arab harus mengubah perilaku dan sikap dalam masalah ini. Selain membantu rakyat Gaza yang pemberani dan terhormat meski tertindas itu, mereka harusnya berusaha mengakhiri blokade atas daerah ini. Umat Islam juga harus meneladani rakyat Gaza, bahwa resistensi dan kegigihan adalah satu-satunya jalan keselamatan dan kunci kemenangan menghadapi musuh-musuh Islam," kata beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menegaskan, "Kebrutalan orang-orang zionis dalam aksi serangan mereka terhadap rakyat Gaza yang tak bersalah dan warga sipil di sana seharusnya bisa menggugah hati nurani Dunia Islam sehingga gerakan agung di tengah bangsa-bangsa Muslim menemukan spirit yang baru."
Beliau mengecam keras barbarisme yang dilakukan Zionis terhadap warga Gaza dan menambahkan, "Keberingasan para pemimpin Zionis di Gaza yang sangat mencengangkan itu membuktikan bahwa mereka benar-benar buas dan tak mengenal perikemanusiaan."
Menurut beliau, kejahatan Zionis di Gaza menguak jatidiri para musuh Dunia Islam dan mereka yang di pentas internasional memusuhi Republik Islam Iran.
Seraya mengecam keras sikap para pemimpin kubu arogansi dunia yang membela kejahatan rezim Zionis, Rahbar menandaskan, "AS, Inggris, dan Prancis tak sedikitpun mengenyitkan dahi menyaksikan kekejian dan kebrutalan aksi orang-orang Zionis. Mendukung, menyoraki dan memperkuat para pendurjana itu, selain menunjukkan betapa musuh-musuh umat Islam sangat beringas dan kasar juga membuktikan betapa jauhnya mereka dari nilai-nilai etika dan kemanusiaan."
Beliau menambahkan, "Bagaimana para pemimpin arogansi termasuk AS yang secara terbuka mendukung kekejian Zionis di Gaza itu dengan tanpa malu masih terus mengaku sebagai pembela hak asasi manusia dan merasa berhak menghakimi bangsa-bangsa dan negara-negara lain?"
Lebih lanjut Pemimpin Besar Revolusi Islam mempersoalkan sikap negara-negara Arab dan Islam terkait masalah Gaza yang menurut beliau tidak sesuai. Beliau mengatakan, "Sebagian merasa cukup menyampaikan pernyataan lisan sementara sebagian yang lain bahkan tak bersedia mengecam rezim Zionis Israel."
"Sebagian pihak yang mengaku peduli dengan persatuan umat dan mengajak kepada kebenaran dengan serta-merta akan terlibat dalam setiap permasalahan jika kepentingan politiknya menuntut. Tapi dalam kasus Gaza, ketika yang dihadapi adalah AS dan Inggris mereka cenderung menahan diri dan tak bersedia mengambil sikap yang tegas dalam mengecam rezim Zionis. Tindakan maksimal yang mereka lakukan adalah basa-basi lisan yang sama sekali tidak menggigit," kata beliau lagi.
Untuk itu, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyeru negara-negara Islam khususnya di Dunia Arab untuk bertindak bersama-sama dengan membantu rakyat Gaza dan berusaha mengakhiri blokade atas wilayah itu.
Beliau memuji resistensi dan ketabahan warga Gaza dan para pemudanya, seraya menandaskan, "Dengan taufik Ilahi, mereka kembali membuktikan bahwa dengan bersenjatakan iman, resistensi dan kegigihan mereka bisa mengalahkan lasykar besar dengan senjata lengkap dan canggih serta didukung kaum arogan dunia."
Menyinggung upaya yang sedang dilakukan rezim Zionis Israel untuk mencapai gencatan senjata, Rahbar mengatakan, "Pihak yang dengan segala kekejiannya memulai konflik ini justeru menderita pukulan yang lebih besar, dan terbukti mereka lebih berharap untuk gencatan senjata dibanding warga Gaza."
Menurut beliau, pesan yang bisa ditangkap oleh umat Islam dari peristiwa Gaza adalah bahwa kekuatan materi dan spiritual serta kemampuan untuk bertahan dengan gigih dalam menghadapi musuh-musuh Islam sudah semakin meningkat. "Transformasi di Gaza ini membuktikan bahwa untuk mengalahkan semua konspirasi, kekejian dan kelicikan, tak ada jalan lain kecuali melakukan perlawanan dengan gigih," imbuh beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan, "Dunia Islam harus meningkatkan kekuatan iman, tekad dan kehendaknya untuk bisa memperkokoh diri dalam menghadapi lawan. Muslimin harus mempersenjatai diri dengan kemajuan ilmu dan teknologi serta kemampuan memproduksi sendiri alat-alat untuk hidup, baik yang berbentuk senjata atau bukan."
Beliau menambahkan, "Bangsa Iran sudah menyadari masalah ini sejak masa Perang Pertahanan Suci. Itulah yang mendorong rakyat, pemuda, dan para ilmuan negeri ini terus bekerja keras untuk memajukan dan memperkuat negara."
Dalam kesempatan itu, Ayatollah al-Udzma Khamenei menekankan kembali pentingnya persatuan bagi umat Islam dan persatuan internal bangsa-bangsa Muslim, seraya menyebutnya sebagai pelajaran lain yang bisa dipetik dari perkembangan yang terjadi di Gaza. "Fakta ini dirasakan sendiri oleh bangsa Iran," tegas beliau.
Hal itulah, kata beliau, yang melandasi imbuan yang terus-menerus disampaikan dan ditujukan kepada para pemilik media, aktivis media cetak dan situs-situs pemberitaan, serta faksi-faksi politik dan para pejabat negara agar menjaga persatuan. "Persatuan sangat urgen untuk memperkokoh, memajukan dan menjaga kedudukan Republik Islam Iran di dunia," ungkap beliau.
Memuji persatuan dan solidaritas yang ada di tengah rakyat Iran, Rahbar juga mengapresiasi sambutan para pemimpin tiga lembaga tinggi negara atas seruan untuk menjaga solidaritas di antara mereka. Beliau mengatakan, "Saya ucapkan terima kasih atas sambutan positif dan yang patut dihargai dari para pejabat tinggi negara untuk menjaga persatuan meski mereka memiliki pandangan dan persepsi yang berbeda. Langkah seperti ini harus terus ditindaklanjuti dengan berhati-hati dalam menyampaikan pendapat atau bertindak."
Menyinggung tentang interpelasi Presiden oleh parlemen beliau mengingatkan bahwa langkah ini bisa dihargai dari dua sisi. Pertama, menunjukkan tanggung jawab parlemen dalam menjalankan tugas sebagai wakil rakyat, dan kedua membuktikan keberanian dan kepercayaan diri serta ketulusan para pejabat eksekutif. "Tapi, menurut hemat saya, langkah-langkah seperti ini sudah cukup dan tidak perlu untuk dilanjutkan lagi. Rakyat cukup jeli, arif dan bisa memilih yang benar. Mereka percaya bahwa melanjutkannya hanya akan membuat musuh senang," kata beliau menggarisbawahi.
Rahbar menyebut jatuhnya peringatan Pekan Basij tahun ini pada hari-hari peringatan Asyura sebagai satu pelajaran berharga. Beliau mengatakan, "Jika tidak ada peristiwa Karbala yang membakar hati tapi penuh dengan ibrah dan pelajaran ini, maka tak akan ada yang tersisa dari Islam. Karena itu, peristiwa Asyura harus selalu menjadi pelajaran dan terpampang di depan mata tak ubahnya bagai panji hidayah."
Beliau menambahkan, "Masa Perang Pertahanan Suci mengingatkan kita akan pengorbanan sahabat-sahabat Imam Husain (as). Dan, Basij adalah manifestasi yang paling menonjol dalam mempersembahkan pengorbanan."
Pembentukan Basij, menurut beliau, adalah buah dari ketajaman pandangan dan hikmah ilahi yang ada pada diri Imam Khomeini (ra). Dalam masa Perang Pertahanan Suci, pasukan Basij memiliki tingkat ketulusan yang sangat tinggi. Keikhlasan itu harus dipertahankan juga untuk masa kini. "Basij, dalam kelembagaannya harus terus mengawasi keimanan, tawakkal, spiritualitas, dan semangat pengorbanan. Sebaliknya, sifat-sifat buruk seperti kesombongan dan riya' harus diusir dari kepribadian seorang Basij," kata beliau.
Di awal pertemuan, Mayor Jenderal Jafari, Panglima Pasukan Garda Revolusi Islam dalam kata sambutannya menjelaskan program Salehin dan kegiatan yang diikuti oleh lebih dari tiga juta Basij dengan membekali mereka ilmu-ilmu agama dan pendidikan.